Setelah menyelesaikan
urusan data dan data di Puskesmas Pancana serta diskusi dengan ketua Gapoktan
Sipakatau, kami memutuskan melanjutkan perjalanan hari ini dengan mencari
"Ibu Ros", orang yang kami taunya mempekerjakan masyarakat Bacu-Bacu
untuk membuka kulit kacang mete. Kami berharap bisa mendapat pencerahan terkait
komoditas jambu mete d daerah tersebut. Namun, ternyata rumah yang d alamatkan
sebagai rumah Ibu Ros, sepi, tak ada orang, atau sedang tidur siang? Ntahlah. Kami bingung akan kemana selanjutnya.
Bukan karena tak ada tujuan, tapi karena terlalu banyak dan kami tak tahu harus
memulai dari mana.
Tetiba
Kak Pian, anak ibu posko kami, lewat dengan mobil "open kap"nya
bersama anak sulungnya, Ilham, kami hanya menyapa, Kak Pian dan Ilham berlalu. Lalu kami saling tatap? Knp tak tanya kak Pian mau
kemana? Akankah menjemput ubi jalar? Kenapa kita tak ikut saja?
Ahhh kurang kreatif, knp baru kepikiran skrg, Kak Pian telah jauh, tapi kami tetap mengejar.
500 m, Kak Pian tak juga nampak. 1 km juga belum nampak. Kak Pian kemana?
Jalan mendaki dan menurun. Gigi dua tak sanggup, gigi 1 beraksi, terjadi adu naik turun "persenelan" sepanjang perjalanan, si abu^ milik Kak Ravi, ternyata lumayan bisa d ajak kerja sama, berboncengan dengan kondisi jalan seperti itu dgn usia si abu^ menjelang 10 tahun, salut! Hei, ini sudah 2 km, Kak Pian belum jg nampak. Belum atau tak juga nampak? Ini sudah hampir d ujung jalan.
Jadilah padang rumput ini menjadi batas kami menyerah untuk mengejar Kak Pian.
Ahhh. Kami pulang dengan rasa penasaran. Kak Pian kemana?
Ahhh kurang kreatif, knp baru kepikiran skrg, Kak Pian telah jauh, tapi kami tetap mengejar.
500 m, Kak Pian tak juga nampak. 1 km juga belum nampak. Kak Pian kemana?
Jalan mendaki dan menurun. Gigi dua tak sanggup, gigi 1 beraksi, terjadi adu naik turun "persenelan" sepanjang perjalanan, si abu^ milik Kak Ravi, ternyata lumayan bisa d ajak kerja sama, berboncengan dengan kondisi jalan seperti itu dgn usia si abu^ menjelang 10 tahun, salut! Hei, ini sudah 2 km, Kak Pian belum jg nampak. Belum atau tak juga nampak? Ini sudah hampir d ujung jalan.
Jadilah padang rumput ini menjadi batas kami menyerah untuk mengejar Kak Pian.
Ahhh. Kami pulang dengan rasa penasaran. Kak Pian kemana?
Komentar
Posting Komentar