Ada yang aneh, pagi-pagi
tak ada ejekan atau sapaan jail dari Kak Ravi. Yah, Kak Ravi tak sedang di
sini, dia sedang di Makassar, sedang mengurus administrasi wisudanya yang akan
berlangsung bulan depan. Agak kehilangan (malu mengakui kalau memang
kehilangan), akankah kami jadi anak hilang tanpa koordinator? Semoga tidak.
Agenda pagi, memenuhi
janji yang dibuat kak Ratna untuk bertemu dengan penyuluh pertanian di kantor
desa. Jam 10, penyuluh belum datang, kami menunggu. Gelisah, tidak fokus,
semacam linglung, kurang lebih seperti itulah yang saya rasakan pagi menjelang
siang ini. Bukan karena lelah menunggu penyuluh, walaupun itu juga sih, tapi
penyebab utamanya adalah karena sibungsu sedang dioperasi dan saya tidak
disana. Ahhh, sedih sekali rasanya. Karena merasa tak sanggup menunggu tanpa
kegiatan, saya memutuskan meninggalkan kak Ratna sebentar, beranjak menuju
Puskesmas Pembantu Desa Lalabata. Ntah kenapa saya memilih pergi ke Pustu, yang
ada dipikiran saya saat itu, saya harus berkegiatan agar pikiran tidak
kemana-mana. Semacam setengah sadar saya mengendarai motor sampai ke Pustu,
itupun hampir lewat, saking tidak fokusnya. Saya mulai fokus saat tercengang
melihat kondisi pustu, tak lagi digunakan? Aduh, saya tambah bingung,
benar-benar memperburuk suasana hati.
Saya kembali ke kantor
desa dengan perasaan yang makin tak karuan. Berusaha fokus dengan pembicaraan
dengan penyuluh pertanian dan Kantabtibmas Desa Lalabata. Pembicaraan dengan
penyuluhpun tak sesuai harapan, sepertinya saya yang berekspektasi terlalu tinggi.
Komentar
Posting Komentar