Langsung ke konten utama

[191116]

Namanya Muhammad Rizki. Dia terduduk, lelah belajar berdiri. Usianya setahun, tapi belum mendapatkan imunisasi campak. Tapi dia termasuk beruntung, disekitarnya, anak seumurannya bahkan ada yang belum tersentuh imunisasi dpt, polio dan hepatitis. Kenapa bisa begitu?
Karena mereka adalah anak-anak yang d daerahnya belum memiliki posyandu. Jika ingin membawa anak-anaknya k posyandu, ibu-ibu d kampung Pacore, Dusun Matajang, Desa Lalabata ini harus menempuh jarak 3 km lebih di sisi gunung. Jalan terjal, belokan tajam, kebun dan jurang di sisi jalan (tak ada satupun rumah) adalah jalan yang harus mereka lalui. Bahkan bidan desapun mengaku baru sekali ke kampung ini, semenjak 7 bulan d beri amanah sebagai bidan desa setampat, itupun menggunakan mobil puskesmas, "tdk berani naik motor sendiri" ujar bidan Cica.

Jangan berharap bisa update status d kampung ini, mencari minuman dinginpun, jangan.
Yah, kampung ini tak berlistrik, penerangan hanya menggunakan genset dari pukul 18.00-21.00.
Tapi tenang, sudah bersinyal kok, bersinyal d "tempat-tampat khusus". Iyah, saya katakan tempat-tempat khusus karena memang khusus. Ada d atas pohon, ada d bawah atap rumah, ada di pos ronda. Jadi jangan heran kalau ada plastik tergantung-gantung di tempat-tempat tersebut. Itu adalah tempat hp, tempat menunggu sms masuk. Cuma sms? Iya, cuma sms, sinyal d kampung ini hanya mampu untuk ES EM ES. Mau menelfon? silahkan naik ke atas gunung.Ini pula yang menjadi kendala ibu hamil yang hendak melahirkan. Fasilitas mobil siaganya sulit d manfaatkan, lantaran terkendala jaringan.

Ini hanya satu bagian dari permasalahan yang ada d negara kita, bahkan d sekitar kita. Benar-benar d sekitar kita. Sebut saja Pacore, kampung ini hanya sekitar 2 jam dari Kota Makassar, cukup dekat bukan? Mungkin pepatah "mulai berbenah dari diri sendiri dan sekitar" bisa kita terapkan d sini. Mungkin juga, inilah salah satu alasan kenapa kami ada disini, memilih jalan sunyi, membenahi tanah Sulawesi Selatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[201116] Menanti kak Hakim~

Pagi-pagi sekali kami bersiap untuk menyambut kedatangan kak Hakim sekeluarga, bersiapnya bukan dandan, melainkan bersiap di dapur, memasak. Pukul 8 bahan makanan telah selesai diolah, siap untuk di masak ketika kak Hakim sekeluarga hendak makan siang. Pukul 9 kak Hakim belum juga datang. Kami memilih keluar, melihat sumber air yang dilihat kak Ravi sore kemarin. Area persawahan kami lalui, ada juga kawasan ternak sapi, cukup luas, sapinya didalam kawasan itu, tidak keluar. Kami sampai di sungai yang dimaksud, jajaran jagung dan pisang menghiasi lahan sepanjang garis sungai. Dan hei, ada warga yang sedang memancing! Ternyata disini lumayan banyak ikan nila, ukurannya beragam, kecil sampai besar. Lumayan banyak? Tapi kok bapak ini tak kunjung mendapat ikan? Apa karena kami disini dan ribut? Ntahlah. Bukankah memancing memang butuh kesabaran? Walau tak cuma dalam memancing sih, kita harus belajar sabar dalam semua hal #selfrimender. Kak hakim dan keluarga datang, kami menghidangkan e...

[221216]

Hari yag ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Kamis, 22 Desember 2016. Hari ini kami memaparkan apa saja program kerja yang akan kami laksanakan selama satu tahun kedepan. Seminar terasa berat lantaran badan tak bisa di ajak kerja sama. Walaupun sudah cukup melegakan lantaran tak sampai pingsan saat seminar sosialisasi berlangsung. Alhamdulillah acara berjalan lancar. Dan kami sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang hadir dan memberi sumbangsih ide maupun dukungan terhadap progra yang akan kami lakukan. Apresiasi tak terhingga kami tujukan pada bapak Nasruddin, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kab Barru. Beliau memberi banyak sekali masukan dan memberi pengertian kepada masyarakat akan keberadaan kami di sini. Kami senang, beliau berkenan hadir langsung, tak mewakilkan kehadirannya. Beliaulah yang menjadi juru bicara kami hari itu, beliau seakan menyampaikan hampir semua yang ingin kami sampaikan. Bapak hebat, bisa baca pikiran kami. Hehehe

[121116]

Pagi-pagi sekali kami telah bersiap, saya bersemangat sekali, tak sabar ingin melunaskan rasa penasaran itu. Dendangan himne guru dan himne fkm menemani perjalanan menyusuri Dusun Bacu-bacu. Ntah kenapa saya menyanyikan lagu itu disepanjang perjalanan. Mendaki dan menurun, kanan kiri lahan pertanian warga, lahan pertanian dengan topografi pegunungan, beraneka ragam sekali isinya. Menyebalkan sekali sebenarnya saat ingin menikmati pemandangan tapi tak bisa karena harus fokus dengan jalan tanjakan atau turunan berkelok. Ahhh! Kami tiba di SD bujung awo, tapi sayang sekali, kepala sekolahnya tak sedang di sana, kami malah bertemu seorang pengawas yang sedang supervisi di sekolah ini. Pengawas ini malah berharap kami memberikan bantuan fisik, banyak sekali maunya dan kami hanya mendenar saja haha. Mungkin seperti ini gambaran kebanyakan orang, jika ada orang baru, orientasinya diberi bantuan fisik. Tak berlama-lama disekolah, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan yeey, fina...