Pagi-pagi sekali kami
bersiap untuk menyambut kedatangan kak Hakim sekeluarga, bersiapnya bukan
dandan, melainkan bersiap di dapur, memasak. Pukul 8 bahan makanan telah
selesai diolah, siap untuk di masak ketika kak Hakim sekeluarga hendak makan
siang. Pukul 9 kak Hakim belum juga datang. Kami memilih keluar, melihat sumber
air yang dilihat kak Ravi sore kemarin. Area persawahan kami lalui, ada juga
kawasan ternak sapi, cukup luas, sapinya didalam kawasan itu, tidak keluar.
Kami sampai di sungai yang dimaksud, jajaran jagung dan pisang menghiasi lahan
sepanjang garis sungai. Dan hei, ada warga yang sedang memancing! Ternyata
disini lumayan banyak ikan nila, ukurannya beragam, kecil sampai besar. Lumayan
banyak? Tapi kok bapak ini tak kunjung mendapat ikan? Apa karena kami disini
dan ribut? Ntahlah. Bukankah memancing memang butuh kesabaran? Walau tak cuma
dalam memancing sih, kita harus belajar sabar dalam semua hal #selfrimender.
Kak hakim dan keluarga
datang, kami menghidangkan es melon ala kadarnya. Tak ingin makan berat,
katanya. Kami kecewa. Tapi tak apa. Kami lalu menunaikan maksud kedatangan kak
Hakim ke sini, membagikan tas Yayasan Kalla. Kami memilih kampung Pacore
sebagai titik pembagian tas secara simbolis. Anak-anak sangat antusias, para
orang tuapun tak kalah antusias. Sayang sekali tak semua anak kebagian tas.
Sabar yah yang lain, belum rejeki. Karena setiap orang punya rejekinya
masing-masing.
Komentar
Posting Komentar