Rencananya,
tema hari ini adalah “pindahan”. Pagi-pagi sekali kami telah bersiap, semangat
sekali ingin pindahan. Ntah tak sabar ingin berada dirumah baru atau tak sabar
meninggalkan rumah itu. Haha. Yang saya tahu, kami sumringah pagi itu, walaupun
bingung memilih kata yang tepat untuk pamit pada bapak dan ibu dusun. Rencana
demi rencana kami susun sebagai proses pindahan kami hari ini.
Namun,
tak disangka kabar duka itu datang. Kondisi jaringan yang sangat terbatas
membuat saya gemas setengah mati, menunggu kejelasan informasi itu. Terlihatlah
pemandangan, seorang gadis loncat-loncat ditangga mencari jaringan. Yah, grup
DBS II heboh, digemparkan dengan berita wafatnya ayahanda dari salah seorang
saudara kami yang saat ini tengah ditugaskan di Desa Cikoro Kab Jeneponto, Andi
Surestyana, yang biasa saya panggil “Kak Etty’”. Prihatin. Itu yang pertama
kali saya rasakan, membayangkan apa yang dirasakan oleh Kak Etty’. Mendapat
kabar duka saat jauh dari keluarga adalah hal yang paling ditakutkan oleh kami,
perantau. Kabar itu segera saya sampaikan pada Kak Ratna dan Kak Ravi,
merekapun setuju untuk melayat ke rumah duka.
Kami
berangkat dari basecamp menuju Desa Pallakka, menjemput teman yang ada disana.
Perjalanan nan dramatis, hujan, panas, ban bocor, terpisah dari rombongan kami
lalui dengan rute Barru-Bulu dua-Takkalalla-Lapri-Camming-Palattae-Cina menuju
Desa Abbumpungeng Kec Cina Kab Bone. Ternyata kami melalui rute terpanjang, 7
jam perjalanan. Hahaha Luar biasa. Tapi tak apa, yang jelas kami telah sampai
dengan selamat. Hari ini kami berkumpul
di rumah Kak Etty’, dari Kab Gowa, Jeneponto, Bulukumba, Sinjai, Bone, dan
Barru. Apa yang membawa kami semua kesini? Yah, jawabannya adalah rasa
persaudaraan yang baru kami bangun kurang dari sebulan, namun telah menciptakan
“rasa” yang hanya kami yang bisa mengerti.
Selamat
jalan H. Andi Suaib, ayahanda kak Etty’. Semoga amal ibadah beliau di terima
disisiNya, diampuni segala dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggalkan deberi
ketabahan.
Komentar
Posting Komentar