Bismillahirrahmanirrahim
Akhirnya yang
dinanti datang juga. Setelah sekitar empat bulan sejak proses pendaftaran
pra-matrikulasi sampai kelas matrikulasi berlangsung, ini adalah Nice HomeWork
(NHW) pertama. Terharu, akhirnya mengerjakan NHW ini juga. MasyaAllah, Maha
baik Allah mempertemukan saya dengan bunda-bunda serta calon bunda hebat dalam
forum Institut Ibu Profesional. Semoga Allah, senantiasa menjaga semangat
menuntut ilmu kita semua. Aamiin.
NHW pertama ini
mengangkat topik tentang adab menuntut ilmu. Sebenarnya ini bukan materi baru
untuk saya pribadi, namun banyak ilmu baru yang saya petik dalam materi ini. Bukan
hanya dalam materinya, namun juga dari pertanyaan NHW yang harus dikerjaan. Jujur
saja pertanyaan itu membuat saya merenung beberapa saat. Beberapa lama memikirkan
apa yang sebenarnya ingin saya fokus pelajari kedepannya dalam universitas
kehidupan ini. Dan saya sampai pada kesimpulan bahwa ilmu yang ingin fokus saya
perdalam disisa berkah usia yang saya miliki adalah “ilmu menulis atau ilmu
kepenulisan”.
Kenapa harus
ilmu menulis? Pertama karena saya ingin mengikat ilmu. Seperti kutipan mahsyur
oleh sahabat sekaligus menantu mulia Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib “ikatlah
ilmu dengan menuliskannya”. Saya ingin mengikat ilmu yang saya dapatkan dengan
menuliskannya. Dan sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang sampaikan kepada yang lain
dan ilmu yang diamalkan. Yang kedua Dakwah. Ilmu yang kita miliki harus
didakwahkan. “sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari), yang
ditafsirkan dengan sampaikanlah ilmu yang diterima walau sedikit. Dan saya
memilih media tulisan untuk menyampaikan ilmu tersebut. Sedari dulu saya ingin
sekali berbagi apa yang saya tahu, apa yang saya peroleh melalui tulisan. Sayang
sekali saya memiliki sederet kendala yang membuat saya belum bisa
merealisasikan keinginan tersebut, jadilah keinginan itu sampai sekarang,
menjadi keinginan yang terpendam atau angan-angan semata. Semoga impian itu
bisa segera terwujud. “Bermimpilah setinggi langit”, dan saya sadar, saya harus
bangun dari tidur untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Beberapa waktu
terakhir, ternyata tanpa saya sadari saya sedang ada pada tahap mewujudkan
mimpi itu. Saya mengikuti sebuah kelas kepenulisan. Saya sadar ketika mendaftar
kelas tersebut, sadar pula saat mengikuti kelasnya. Maksud saya yang tidak saya
sadari bahwa saya ada dalam tahapan mewujudkan
impian karena saya mengikuti kelas tersebut bukan karena dalam niatan
mewujudkan mimpi tapi karena memang saya tertarik dengan materi yang
ditawarkan, selain itu saya sedang ada dalam misi memperbaiki diri dengan cara mencari
sebanyak-banyaknya ilmu. Lagi-lagi Allah memang Maha Baik. “Andai kamu tahu
bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena Cinta
kepadaNya” (Ibnu Qoyyim). Satu lagi contoh kejadian nyata sederhana yang saya
rasakan. Sungguh Dia adalah penulis skenario terbaik. Berada dalam komunitas
IIPpun saya yakin salah satu bagian skenario yang telah disusun untuk saya agar
benar-benar siap memegang amanah sebagai seorang istri dan ibu, kelak,
InsyaAllah.
Setelah meresapi materi adab menuntut ilmu,
saya mengevaluasi beberapa sikap yang selama ini masih kerap muncul saat saya
sedang dalam proses “menuntut” ilmu. Terkadang saya masih belum melakukan yang
terbaik dalam proses tersebut seperti belum bertekad untuk hadir paling cepat
dalam sebuah majelis sebagai bentuk kesungguhan seorang penuntut ilmu, atau
kadang masih muncul rasa “sok tahu” saat materi yang disampaikan sudah pernah
saya peroleh sebelumnya. Astagfirullah. Semoga kedepannya bisa terus saya
perbaiki agar berkah ilmu bisa saya teguk dengan nikmat. Yang menjadi bahan
evaluasi diri saya juga agar ilmu lebih gampang diserap yaitu dengan senantiasa
menjaga kesucian jiwa dengan memperbanyak istigfar dan menjaga kesucian diri
dengan sebaiknya berwudhu sebelum memulai majelis ilmu. Karena sesungguhnya
ilmu itu cahaya yang suci sehingga sulit masuk kedalam jiwa yang kesuciannya
kurang terjaga. Wallahu’alam.
Ilmu bisa kita
peroleh darimana saja. Saya punya prinsip, siapa saja bisa menjadi guru untuk
kita. Karena setiap orang dapat memberikan pelajaran hidup untuk kita, entah
itu dalam perkataan ataupun perbuatan mereka yang tanpa atau dengan sadar
memberi pelajaran/hikmah kepada kita. Jadi saya ingin belajar lebih menghargai
semua orang seperti menghargai seorang “guru” pada umumnya. Karena termasuk
adab menuntut ilmu terhadap sumber ilmu, yaitu harus kita tinggikan
kedudukannya. Pun pada sumber ilmu yang tidak “hidup”, buku misalnya. Dengan tidak
meletakkan buku yang kita pelajari sembarangan dan tidak menelantarkannya
ketika tidak lagi digunakan.
Semoga dengan
usaha memperhatikan adab menuntut ilmu, kita dapat dengan mudah menerima ilmu
yang tengah dipelajari, mendapat berkahnya, dapat mengamalkannya, dapat
mengajarkannya dan dapat menuliskannya. Karena sesungguhnya ketika kelak kita
telah tiada, yang dikenang adalah apa yang kita kerjaan, apa yang kita
sampaikan dan yang paling bertahan adalah apa yang kita tuliskan.
Komentar
Posting Komentar